Transformasi Pendidikan: Narasi Prestasi dan Semangat Inovasi Fakultas Adab dan Humaniora

Writer: Muhamad Rian Nuryana

Photo Source: Jurnalis Adhum

Bandung, 04 Desember 2024 – Dalam lanskap pendidikan tinggi yang dinamis, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengukir cerita inspiratif yang melampaui batas-batas konvensional pembelajaran. Kegiatan seremonial evaluasi kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang digelar baru-baru ini tidak sekadar menjadi momen administratif, melainkan potret nyata transformasi pendidikan yang bermakna.

Pagi itu, aula fakultas dipenuhi semangat yang menggema. Dentingan musik pembuka dari kolaborasi Pak Rehan dan Sahra seolah menandai awak sebuah narasi baru. Prosesi dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya – simbol kedaulatan dan semangat juang bangsa – diiringi lantunan mars Fakultas Adab dan Humaniora yang membakar semangat para akademisi muda.

Ibnan Muttaqin, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab, membuka keheningan dengan lantunan ayat suci Al-Quran. Sebuah momen yang mengingatkan bahwa setiap proses pendidikan adalah ibadah dan upaya pencerahan.

Dekan FAH, Dedi Supriadi, tampil dengan pidato yang menggugah. Bukan sekadar laporan administratif, melainkan narasi perjalanan institusi yang terus bergerak. Prestasi demi prestasi dipaparkannya dengan penuh kebanggaan. Publikasi jurnal menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan. Jurusan Sastra mencapai puncak tertinggi, sementara Bahasa dan Sastra Arab menorehkan prestasi di peringkat nasional. Sejarah dan Peradaban Islam pun turut meraih pencapaian gemilang di kancah nasional.

Rosihon Anwar, dalam sambutannya, membuka perspektif lebih luas. Persaingan akademik antara UIN Bandung dan UIN Jakarta bukan sekadar kompetisi, melainkan stimulus pertumbuhan ilmu pengetahuan. Sebuah dinamika positif yang mendorong institusi untuk terus berkembang.

Namun, di balik deretan prestasi akademik, FAH memperlihatkan kepedulian yang lebih mendalam. Pembentukan klinik layanan kesehatan medis dan psikologis menjadi bukti nyata bahwa pendidikan tidak sekadar transfer ilmu, melainkan pengembangan manusia seutuhnya. Program penyediaan minum di fakultas – sebuah gesture sederhana namun bermakna – menunjukkan perhatian pada kenyamanan sivitas akademika.

Arahan strategis pimpinan fakultas memberikan gambaran visi ke depan. Pembatasan kegiatan luar negeri bukan bermaksud membatasi, melainkan memfokuskan energi pada misi utama: pendidikan dan pengabdian. Komitmen untuk menjaga disiplin dan dedikasi mengajar menjadi fondasi pengembangan kualitas.

Musik pembuka yang dimainkan Pak Rehan dan Sahra seolah menjadi metafora perjalanan FAH – harmoni antara tradisi dan inovasi, antara spiritualitas dan akademik. Setiap not musik adalah representasi semangat transformasi pendidikan yang berkelanjutan.

Kegiatan seremonial ini lebih dari sekadar evaluasi. Ia adalah potret sebuah institusi yang bernapas, yang terus berkembang, dan yang memahami pendidikan sebagai wahana pembentukan peradaban.

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung tidak sekadar mencatat prestasi, melainkan menulis ulang narasi pendidikan Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *